Dalam berinvestasi atau trading, kita tidak boleh melakukan secara asal-asalan. Sebelum memutuskan beli atau jual, semuanya harus direncanakan secara matang. Supaya risiko kerugian tidak terjadi dalam keputusan investasi. Dan harapannya adalah bisa menghasilkan keuntungan optimal dalam investasi. Salah satu hal yang sangat penting ketika tahap perencanaan itulah terdapat kegiatan analisis.
Secara garis besar, ada beberapa jenis analisis yang populer yang dilakukan di kalangan investor atau trader. Salah satunya adalah analisis fundamental.
Analisis fundamental adalah memprediksi tren harga yang didasarkan dari mengamati atau meneliti aspek-aspek ekonomi makro sampai ekonomi mikro. Contoh yang paling sering dijadikan obyek analisis fundamental untuk saham adalah melihat laporan keuangan, membandingkan kinerja perusahaan terhadap kinerja keseluruhan sektor sejenis, menghitung nilai harga wajar saham perusahaan, dll. Sedangkan untuk Foreign Exchange, obligasi, atau bahkan komoditas adalah sering didasarkan kondisi ekonomi global sampai ke negara-negara tertentu yang dipandang akan mencerminkan prospek di masa depannya.
Fakta yang cukup unik adalah, mayoritas investor yang menggunakan analisis fundamental adalah investor jangka panjang. Maksudnya adalah investor tersebut akan membeli efek (bisa saham, obligasi, atau bahkan foreign exchange) untuk waktu yang lama, biasanya lebih dari 3 tahun baru dijual lagi. Atau bahkan akan dipegang seterusnya sampai akhir hayatnya jika dipandang investasinya itu akan terus memberikan keuntungan. Dan fakta lainnya adalah mayoritas investor yang menggunakan analisis fundamental justru mengabaikan (cenderung membenci) analisis teknikal. Karena bagi investor fundamental, pergerakan harga di grafik hanyalah riak-riak anomali yang tidak membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Data-data ekonomi adalah lebih berharga daripada data historis harga. Dan tokoh yang sering dijadikan panutan oleh investor fundamental adalah Warren Buffet dengan prinsip Value Investing.
Leave a Reply