
Disebut Average Down adalah jika melakukan serangkaian transaksi-transaksi beli dilakukan saat harga sahamnya bergerak turun tanpa menjual saham-saham sebelumnya. Misalnya, seorang investor membeli suatu saham pada harga 1.200 dengan volume 10 lot (1.000 lembar). Lalu tiga hari ternyata harga saham turun menjadi 1.100, dan dilakukan pembelian sebanyak 10 lot lagi. Sebulan berikutnya ternyata harga saham turun lagi menjadi 970. Seandainya investor tersebut melakukan jual saham, maka berapakah keuntungan yang didapatkan? Kalkulasinya adalah berikut ini:
(970 – ((1.200 x 1.000) + (1.100 x 1.000)) / 2.000)) x 2.000 = -360.000
Contoh di atas adalah jika hanya Average Down dalam 2 langkah. Misalnya investor itu melanjutkan 1 langkah averaging dengan tidak menjualnya, melainkan justru beli lagi tetapi hanya 5 lot (500 lembar). Kali ini skenarionya adalah 5 hari berikutnya harga sahamnya turun menjadi 560. Bagaimana kalkulasinya jika investor itu menjualnya sekarang?
(560 – ((1.200 x 1.000) + (1.100 x 1.000) + (970 x 500)) / 2.500)) x 2.500 = −1.385.000
Investor tersebut ternyata rugi Rp 1.385.000. Atau misalkan terjadi skenario lain, setelah investor membeli 5 lot di harga 1.500, 5 hari kemudian harga saham justru naik menjadi 1.030, maka apakah investor tersebut posisi untung atau rugi? Begini perhitungannya:
(1.030 – ((1.200 x 1.000) + (1.100 x 1.000) + (1.030 x 500)) / 2.500)) x 2.500 = -240.000
Hasil kalkulasi ternyata investor masih mengalami rugi Rp 240.000. Konsekwensi pemakaian strategi Average Down memang jika harga terus turun, maka potensi rugi akan menjadi semakin besar. Tetapi kebaikanya adalah fleksibilitas investasi, investor tidak harus melakukan pembelian langsung dengan volume besar tapi dengan sistem dicicil. Strategi ini memang sering dilakukan oleh investor jangka panjang yang tujuan investasinya adalah untuk menabung, dengan menyisihkan sebagian pendapatannya yang tidak terpakai. Tetapi yang harus diperhatikan adalah investor harus bijak dan punya perencanaan matang dalam menggunakan strategi ini. Investor harus tahu kapan harus Cut Loss atau masih bisa lanjut jika masih memiliki cadangan dana yang banyak.
Leave a Reply