Average Up

kamus invstasi
kamus investasi

Disebut Average Up adalah jika melakukan serangkaian transaksi-transaksi beli saat harga sahamnya bergerak naik tanpa menjual saham-saham sebelumnya. Misalnya, seorang investor membeli suatu saham pada harga 1.200 dengan volume 10 lot (1.000 lembar). Lalu tiga hari ternyata harga saham naik menjadi 1.400, dan dilakukan pembelian sebanyak 10 lot lagi. Sebulan berikutnya ternyata harga saham naik lagi menjadi 1.500. Seandainya investor tersebut melakukan jual saham, maka berapakah keuntungan yang didapatkan? Kalkulasinya adalah berikut ini:

(1.500 – ((1.200 x 1.000) + (1.400 x 1.000)) / 2.000)) x 2.000 = 400.000

Contoh di atas adalah jika hanya Average Up dalam 2 langkah. Misalnya investor itu melanjutkan 1 langkah averaging dengan tidak menjualnya, melainkan justru beli lagi tetapi hanya 5 lot (500 lembar). Kali ini skenarionya adalah 5 hari berikutnya harga sahamnya naik menjadi 1.700. Bagaimana kalkulasinya jika investor itu menjualnya sekarang?

(1.700 – ((1.200 x 1.000) + (1.400 x 1.000) + (1.500 x 500)) / 2.500)) x 2.500 = 900.000

Atau terjadi skenario lain, setelah investor membeli 5 lot di harga 1.500, 5 hari kemudian harga saham justru turun menjadi 1.300, maka apakah investor tersebut posisi untung atau rugi? Begini perhitungannya:

(1.400 – ((1.200 x 1.000) + (1.400 x 1.000) + (1.500 x 500)) / 2.500)) x 2.500 = 150.000

Ternyata investor tersebut masih posisi untung Rp 150.000 saja. Konsekwensi pemakaian strategi Average Up memang memberikan keuntungan fleksibilitas investasi, tidak harus melakukan pembelian langsung dengan volume besar tapi dengan sistem dicicil. Strategi ini memang sering dilakukan oleh investor jangka panjang yang tujuan investasinya adalah untuk menabung, dengan menyisihkan sebagian pendapatannya yang tidak terpakai. Tetapi jika harga saham turun, justru keuntungan akan lebih cepat tergerus. Bahkan bisa lebih mendekati kerugian karena titik Break Event Point (BEP) juga otomatis ikut naik jika terlalu sering melakukan langkah Average Up.

* Peringatan Discalimer: Pembaca dianggap sudah membaca dan menyetujui Disclaimer oleh Mata di Bursa. Klik tulisan ini untuk membaca selengkapnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*